petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Artikel – Jakarta, 24/07/2023). Indonesia tidaklah miskin yang akan membawa negara ini ke posisi kehancuran atau tenggelam tidak bersisa, tapi kenapa tingkat kemiskinan masih memerlukan perhatian khusus dibanyak wilayah di negara kaya raya ini, apa yang salah? Negara yang punya Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa ini seharusnya tidaklah pantas bicara kemiskinan lagi, negara yang sudah dikenal kaya dengan rempah sampai dijajah ratusan tahun, apakah belum menjadi kesadaran bagi kita semua mengapa semua itu bisa terjadi, kita dijajah karena rempah – rempah, kita jadi rebutan karena hasil bumi yang luar biasa.
Pertanian ini menjadi penunjang semua sektor kehidupan manusia, kita sanggup memenuhi semua kebutuhan penduduk tanpa harus import, tapi kenapa kita masih melakukan import, apakah kita kalah dari negara lain? Atau minat Sumberdaya Manusia (SDM) yang ada saat ini yang persentasinya besar di kaum milenial, tidak lagi berminat menjadi Petani yang berkonotasi kuno, kotor dan tidak keren untuk kaum milenial. Terus kaum Marhaen akan dibawa kemana, atau hilang tanpa penerus?

Kita bisa bicara teknologi tapi di dalam dunia pertanian sudah berapa besar teknologi itu diterapkan dilapangan, sejauh mana perkembangan teknologi itu menjangkau Petani pedesaan, dan sudah sejauh mana Petani pedesaan merasakan kemerdekaan hidup sebagai Petani yang hidup mapan dan sejahtera dengan keterbatasan yang Petani miliki, dan Petani masih bermimpi untuk besok lebih sejahtera.
Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (PETANI) sudah lama membangun walaupun skala kecil tentang Badan Usaha PETANI (BUMP) dalam bentuk usaha Petani mandiri dari mulai Warung PETANI, Lapak PETANI, Laborarorium PETANI dan lain – lain dengan tujuan untuk lebih mensejahterakan Petani dan penguasaan hasil pertanian pun diharapkan bisa memenuhi kebutuhan rakyat secara merata. Waktunya Petani tidak lagi bergantung kepada pasar yang dikuasai segelintir orang saja bahkan selama ini Petani tidak bisa menentukan harga hasil kerja kerasnya sendiri, harga jual Petani terima sesuai yang ditentukan tengkulak.
Sudah saatnya Petani bangkit mandiri untuk bisa menguasai dari hulu sampai kehilir, dengan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) sendiri, Petani bisa menentukan harga hasil pertaniannya, menguasai pasar dan kontrol semuanya ditangan Petani Saatnya Petani belajar mengolah tanah / lahan, membuat pola tanam – pola panen untuk memenuhi kecukupan kebutuhan pasar, managemen usaha tani, menciptakan market place, bisnis plan dan marketing digital. Semua bisa dilakukan dengan gotong royong secara berkelompok dan sinergi keilmuan yang saling mendukung, mulai kembali membangkitkan Koperasi sebagai soko guru perekonomiam rakyat yang benar – benar sebagai badan yang mampu menaungi anggota. Marhaen adalah Petani dan saatnya marhaen berjaya. Merdeka !!
•> Penulis : Susy Djalal – Ketua DPC PETANI Kabupaten Bogor & Ambassador of PETANI Women Leader.
•> Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.