petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Liputan – Jakarta, 09/12/2024). Dalam pertanian konvensional, vegetasi di jaga dari gulma, dan tumbuh pada umur tertentu untuk segera di panen dalam hanya satu daur kehidupan (atau kurang, karena kadang di panen muda). Dengan demikian kita memerlukan energi yang besar untuk pemeliharaan dan garapan, mencangkul, menyemai, menanam, mendangir, menyulam, merawat, memupuk, memangkas, bahkan membakar; Setting kebun searah ini berlangsung berulang-ulang dan terus menerus, dengan input yang besar dan sering sekali berbiaya tinggi. Mesti kadang berjudul keren seperti “organik farming”. Ini merupakan dampak “wajar” ketika kita mencoba menghentikan suksesi alami terjadi dan membuat satu garis proses mulai dan berhenti. Kita bisa melakukan untuk mendayagunakan tanaman yang sudah tumbuh untuk meningkatkan kesuburan tanah untuk pertanian yang zero input atau setidaknya low input.
Pertanian zero input atau low input bertujuan mengurangi ketergantungan pada sumber daya eksternal seperti pupuk, pestisida, dan alat berat, sambil memanfaatkan proses alami untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman.
Berikut adalah pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan :
1. Memanfaatkan Tanaman Penutup Tanah (Cover Crops)
– Deskripsi:
Tanaman penutup tanah seperti leguminosa
(contoh: kacang-kacangan, alfalfa) dapat memperbaiki struktur tanah, mencegah erosi, dan menambah nitrogen secara alami melalui fiksasi biologis.
– Implementasi :
Tanam leguminosa sebagai rotasi atau intercrop (tanaman sela).
Biarkan tanaman ini terurai sebagai mulsa atau pupuk hijau setelah siklus hidupnya selesai.
2. Mempraktikkan Polikultur dan Sistem Agroforestri
– Polikultur :
Menanam berbagai jenis tanaman dalam satu lahan untuk menciptakan sinergi antar tanaman, misalnya, tanaman tinggi menyediakan naungan bagi tanaman rendah.
– Agroforestri :
Menggabungkan tanaman tahunan dengan pohon-pohonan (contoh: pohon buah, pohon kayu) untuk memanfaatkan ruang vertikal dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
– Manfaat :
Mengurangi risiko serangan hama.
Meningkatkan bahan organik di tanah dari dedaunan yang jatuh.
3. Biomassa Tanaman dan Kompos Alami
– Biomassa Tanaman :
Bagian tanaman yang tidak dipanen, seperti batang dan daun, dapat dibiarkan membusuk di tempat untuk memperkaya tanah.
– Kompos Alami :
Gunakan limbah organik, termasuk gulma dan sisa panen, untuk membuat kompos langsung di ladang.
– Teknik Mulsa :
Sebarkan mulsa alami dari jerami atau dedaunan untuk menjaga kelembaban tanah dan mendorong aktivitas mikroba.
4. Pemanfaatan Tanaman Pengurai (Dynamic Accumulators)
– Deskripsi :
Tanaman seperti bayam liar (amaranth) dan dandelion dapat mengambil nutrisi dari lapisan tanah yang dalam dan mendistribusikannya ke permukaan melalui daunnya.
– Implementasi :
Biarkan tanaman ini tumbuh sebagai bagian dari ekosistem kebun untuk memperkaya tanah secara alami.
5. Rotasi dan Penanaman Bergiliran
– Rotasi Tanaman :
Rotasi antara tanaman yang membutuhkan banyak nutrisi (contoh: jagung) dengan tanaman yang memperbaiki tanah (contoh: kacang-kacangan).
– Manfaat :
Mencegah kelelahan tanah.
Mengurangi tekanan hama spesifik.
6. Memanfaatkan Mikroorganisme Tanah
– Probiotik Tanah :
Inokulasi tanah dengan mikroorganisme seperti jamur mikoriza dan bakteri penambat nitrogen (contoh: Rhizobium).
– Cara Alami :
Membiarkan tanah beristirahat tanpa pengolahan intensif untuk memulihkan aktivitas mikroorganisme alami.
7. Konservasi Air dan Kesuburan Tanah
– Penampungan Air Alami :
Buat sistem pengairan pasif seperti swale (cekungan air) untuk menangkap air hujan.
– Hindari Pengolahan Tanah Berlebih :
Jangan terlalu sering mencangkul atau membalik tanah agar struktur alami dan lapisan organiknya tetap terjaga.
8. Integrasi Peternakan
– Rotasi Ternak dan Tanaman :
Biarkan ternak seperti ayam atau kambing memasuki ladang setelah panen untuk mengolah gulma dan menyuburkan tanah dengan kotoran mereka.
Manfaat :
– Menambah bahan organik.
– Mengurangi kebutuhan pupuk kimia.
9. Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
– Menyediakan habitat bagi serangga bermanfaat dan burung untuk mengendalikan hama secara alami.
– Menanam tanaman berbunga yang menarik serangga penyerbuk.
10. Hindari Pembakaran Sisa Tanaman
– Kerugian Pembakaran :
Hilangnya bahan organik.
Emisi karbon yang merusak lingkungan.
– Alternatif :
Gunakan sisa tanaman sebagai mulsa atau bahan kompos.
11. Manajemen Gulma Alami
Biarkan gulma tertentu yang tidak invasif tumbuh sebagai bagian dari ekosistem.
Gulma ini dapat melindungi tanah dari erosi, memperbaiki struktur tanah, atau bahkan menjadi sumber makanan untuk ternak.
Dengan mengintegrasikan pendekatan-pendekatan ini, sistem pertanian dapat menjadi lebih berkelanjutan, hemat biaya, dan ramah lingkungan.
Pertanian seperti ini juga mendukung proses regeneratif yang mengembalikan kesuburan alami tanah.
-. Liputan/Laporan : Munarsis/Departemen Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.
-. Redaksi : Departemen Propaganda – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.
-. Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.