petani.id – (Sleman, Rabu 06/03/2019). Sekolah Petani Muda Darllos (SPMD) badan otonom Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (Petani) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menggelar kelas ‘Republik Enthog’ yang sangat menarik bertempat di Griya UKM Online, Jl. Kaliurang Km 7,8, STO TELKOM Kentungan, Kabupaten Sleman, DIY (Jumat, 01/03/2019). Meski hujan deras, para siswa yang terdiri baik anggota ataupun non anggota Petani tetap bersemangat mengikuti kelas ini. Kelas ini diisi oleh Kelompok Petani Gayatri, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Petani Kabupaten Sleman, yang telah memegang basis pemasaran hasilnya.
Kelas ‘Republik Enthog’ ini dibuka oleh Sekretaris DPW Petani DIY Asti Irwandiyah, SE., dengan memberikan pemahaman tentang organisasi Petani baik badan eksekutif wilayah (red: DPW) dengan tiga badan otonomnya, yaitu Warung Petani, Pos Advokasi Hukum dan HAM (PAHAM) Petani dan SPMD (Sekolah Petani Muda Darllos).
“Bahwa Kelompok Petani Gayatri sebagai inisiator dalam budidaya enthog diharapkan akan berlanjut dengan budidaya di basis produksi, tidak hanya sebagai wacana saja. Ilmu dan konsep yang ditawarkan dapat direalisasikan agar Petani memiliki nilai tukar dan nilai tambah yang baik dengan membangun agribisnis kerakyatan dan budidaya enthog sebagai pintu masuknya.” kata Asti dihadapan para siswa kelas di Griya UKM Online, Jl. Kaliurang Km 7,8, STO TELKOM Kentungan (Jumat, 01/03/2019).
Atris Suyantohadi, pemateri pertama dalam kelas mengatakan, “Petani harus berani melangkah dan membuat agribisnis yang bermartabat untuk menghargai produk Petani. Selama ini, dalam mata rantai distribusi yang mendapatkan keuntungan besar adalah pedagang dan industri. Posisi Petani berada di posisi terbawah, oleh karena itu Petani harus bisa dan berani mengubah, dimana keuntungan Petani mendapatkan porsi yang lebih besar. Bagaimana meningkatkan daya jual dari Petani? Salah satunya dengan budidaya enthog, dan tidak hanya berhenti dalam budidayanya saja, tetapi harus melakukan olah hasil budidaya enthog, seperti produk enthog beku, warung makan dan makanan siap saji berbasis enthog. Selain itu juga perlu edukasi bahwa enthog yang dibudidayakan Petani adalah produk sehat, sehingga dapat menembus pasar menengah atas. Dalam budidaya enthog yang sudah dijalankan dan dianalisis berdasarkan pengalaman, apabila kita memiliki uang maka lebih baik digunakan untuk usaha budidaya enthog, daripada disimpan di bank. Dengan budidaya enthog sebagai starter usaha produk sehat, akan dikembangkan ke produk yang lain.” kata Atris kepada para siswa di kelas.
Gatot Nur Singgih yang merupakan pemerhati Petani turut hadir dan bertindak sebagai motivator mengatakan, “Petani harus bisa dan berani mengambil langkah nyata. Dalam usaha, diperlukan mental kuat, biasakan berpikir sukses karena kendala akan terlihat kecil. Petani harus dapat membuktikan untuk membangun agribisnis agar nilai tukar Petani menjadi tinggi. Bermimpilah besar, dengan semangat dan kerjasama yang baik, pasti akan tercapai keberhasilan.” kata pensiunan Dinas Pertanian ini memberikan motivasi kepada siswa di kelas.
Sesi selanjutnya tentang Teknik Budidaya Enthog, Budi Indro sebagai pemateri menjelaskan, “Mengapa menjadi penting? Karena kebutuhan pasar sangat tinggi, saat ini Kelompok Petani Gayatri baru menargetkan 500 ekor perhari. Padahal kebutuhan pasar sebenarnya sudah mencapai lebih dari 1000 ekor per hari. Budidaya enthog untuk saat ini dititikberatkan pada penggemukan meski tidak menutup kemungkinan untuk breeding (pengembangbiakan bibit anakan enthog). Analisis kebutuhan untuk per 500 ekor enthog, per siklusnya membutuhkan dana Rp 25.000.000,- waktu pemeliharaan selama 50 hari dengan target berat badan 2 kg, dan mortalitas / kematian 3 %, maka Petani pembudidaya ternak enthog, dapat meraih margin keuntungan sebesar Rp 4.000.000,-. Hasil ini dapat dicapai dengan pemilihan bibit enthog yang baik dan juga pemeliharaan yang baik.” jelas Budi kepada para siswa.
Dalam kelas ini melalui Kelompok Petani Gayatri, DPC Petani Kab.Sleman juga menawarkan pola kerjasama. Bagaimana pola kerjasama yang ditawarkan Kelompok Petani Gayatri ini, Yuni Noor mengatakan, “Kelompok Petani Gayatri pada intinya siap menampung hasil budidaya enthog dari Petani pembudidaya ternak enthog sesuai dengan standart berat hidup yang ditetapkan.
Petani dapat menyiapkan semua dan cara budidayanya sendiri. Namun, Kelompok Petani Gayatri memiliki rancangan kerjasama, yang lebih dititikberatkan pada suplai bibit anakan enthog, suplai obat-obatan, vitamin dan vaksin.
Bagi Petani pembudidaya ternak yang mengikuti program kerjasama ini akan mendapatkan pendampingan menyeluruh dan hasil produksinya pun tidak boleh dijual kepada pihak lain tanpa seijin dan sepengetahuan Kelompok Petani Gayatri. Selain itu Kelompok Petani pembudidaya ternak yang bergabung akan menggunakan nama ‘Republik Enthog’. Dengan pola pemeliharaan yang baik, target dapat tercapai dan keuntungan bagi Petani pembudidaya ternak akan lebih terasa.” kata Yuni diakhir sesi kelas ini.
(Red: Biro Propaganda dan Jaringan-DPW Petani DIY)