petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Artikel – Jakarta, 26/07/2023). Sering kita bicara mengenai kedaulatan pangan, swasembada pangan dan istilah lainnya yang selalu muncul menjadi suatu wacana yang tidak pernah habis. Yang pasti disorot dalam hal ini adalah Petani, namun apakah beban ketersediaan pangan serta merta menjadi tugas Petani pedesaan atau orang yang mendeklarasikan dirinya seorang Petani, sementara masyarakat perkotaan tidak melakukan apa-apa dan hanya sebagai user/pemakai atau penikmat hasil pertanian saja. Krisis pangan terjadi di perkotaan pada saat terhambatnya pasokan bahan pangan dari desa.
Sudah waktunya stop ketergantungan secara mutlak, mulailah berfikir bahwa ketersediaan pangan itu adalah tugas bersama walau dalam konsep yang berbeda. Baik bagi masyarakat pedesaan selaku Petani atau masyarakat kota sebagai penggiat pertanian diperkotaan. Mulai berpikir bahwa Ketahanan Pangan Nasional dimulai dari Ketahanan Pangan Rumah Tangga, disitulah langkah awal untuk mencapai Kedaulatan Pangan.
Rata – rata hampir tiap rumah diperkotaan menanam pohon tapi bukan tanaman produktif dalam arti kata tidak untuk dikonsumsi, menanam hanya sekedar menyalurkan hobi dan hanya untuk keindahan atau estetika lingkungan rumah saja. Itu tidaklah salah, semua punya hak untuk itu, tapi kenapa tidak merubah cara berpikir menyalurkan hobby, menjaga estetika lingkungan dengan bertanam sayuran atau tanaman rempah yang notabene bisa di manfaatkan untuk kebutuhan pangan keluarga, ini harus mulai digerakkan secara masif sebelum kita tertinggal dari negara-negara lain dalam hal kedaulatan pangan.
Urban Farming yang dilakukan di perkotaan adalah solusi yang tepat untuk tujuan ketahanan pangan ini, tidak perlu juga dengan modal materi yang besar tapi mulailah dengan niat dan tekat, banyak hal yang bisa dilakukan sesuaikan dengan kondisi diri sendiri dan lingkungan, sesuaikan dengan ketersediaan lahan yang di miliki dan sesuaikan keinginan dan kebutuhan rumah tangga.
Beberapa poin yang bisa menjadi acuan pergerakan Urban Farming ini : 1.) Hidroponik, dapat diakukan dilahan yang sempit dan sangat terbatas dengan penggunaan media yang macam-macam, wadah penanaman juga bisa macam-macam bahkan limbah pastik rumah tangga pun bisa dimanfaatkan., 2.) Aquaponic, sinerginya berternak ikan dan tanaman akan mendapatkan keuntungan ganda, protein hewani didapat, protein nabati pun bisa didapat, sumber nutrisi tanaman bisa didapatkan dari air pemeliharaan ikan. Apakah perlu kolam yang besar? TIDAK, memelihara ikan bisa dengan ember atau drum kecil yang sering disebut Budidamber (budidaya ikan dalam ember)., 3.) Lahan sempit disekitar rumah, pemanfaatan lahan sempit bisa mendapatkan hasil tanaman yang bermacam-macam., 4.) Tambulapot, menanam tanaman buah didalam pot. Ini juga punya nilai ekonomi yang cukup tinggi., 5.) Rooftop, tempat yang bisa dimanfaatkan, untuk hidroponik, aquaponic, tambulapot dan lain – lain.
Dengan banyaknya pilihan yang dapat dilakukan, program Urban Farming ini sangat layak untuk dijadikan program yang mampu menjaga ketersediaan bahan pangan dan mencegah krisis pangan yang mengancam kesejahteraan rakyat, tanpa meninggalkan estetika lingkungan. Disinilah peran perempuan sangat besar, hampir 90% pelaku Urban Farming adalah perempuan. Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (PETANI) sudah melakukan banyak sosialisasi mengenai Urban Farming ini baik disetiap pelatihan dan atau kunjungan ke daerah – daerah, bahkan sudah melakukan pelatihan dengan pemanfaatan limbah plastic rumah tangga untuk wadah penanaman dan limbah organik rumah tangga untuk pembuatan pupuk organik cair. PETANI konsisten dan konsen kepada tujuan utama kedaulatan pangan di negara tercinta yang kaya raya ini. MERDEKA !!!
•> Penulis : Susy Djalal – Ketua DPC PETANI Kabupaten Bogor & Ambassador of PETANI Women Leader.
•> Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.