petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Semarang, 12/07/2020). Wabah virus corona atau Covid 19 di triwulan pertama tahun 2020 telah memiliki dampak ekonomi di segala sektor di seluruh dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (Petani) Jawa Tengah menilai bahwa wabah virus corona atau Covid 19 telah menjadikan persoalan dalam hal perlambatan ekonomi, dan perlambatan tersebut juga berdampak pada sektor pertanian. Sehingga beberapa sektor pertanian baik pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan yang menghasilkan buah, sayur, daging, atau ikan yang kurang awet dibanding panenan biji – bijian dan yang bersifat kering mengalami penurunan drastis, karena sifat hasil pertanian ini sangat inelastis.
“Perlu usaha – usaha mengatasi persoalan ini karena penurunan harga produk pertanian tersebut sangat berdampak kepada Petani terutama buah, sayur, daging dan ikan. Karena pengolahan di tingkat Petani yang tradisional dan konvensional menjadi murah dan bahkan rugi karena rusak / busuk. Hal ini diakibatkan bahwa jalur transportasi terhambat karena persoalan PSBB (red: Pembatasan Sosial Berskala Besar). Oleh Karena itu perlu pemecahan dan solusi baik oleh pemerintah, akademisi atau dunia usaha. Pengetahuan Petani dengan melakukan penyimpanan hasil perikanan, buah, sayur dan daging belum tersedia karena mengingat selama ini alat untuk pengawet yang tanpa bahan pengawet sudah ada namun belum mereka kenal fungsi, kualitas dan manfaatnya, untuk menghindari kerugian karena dianggap mahal atau tidak efisien baik secara ekonomi dan produksi. Namun sebenarnya sangat berperan besar dalam meningkatkan keuntungan, ketahanan dan pengiriman jarak jauh baik dalam dan luar negeri karena kendala transportasi.” kata Ketua DPW Petani Jawa Tengah Dumadi Tri Restiyanto, SE., M.Si., kepada tim petani.id (Minggu, 12/07/2020).
Ketua DPW Petani Jawa Tengah Dumadi Tri Restiyanto, SE., M.Si., juga menambahkan; Pertama: dengan penggunaan alat pendingin untuk sayur, buah dan daging sangat penting bagi Petani, namun tidak banyak Petani yang menggunakannya, kecuali yang sudah paham, modern dan memiliki kreatif tinggi serta memiliki modal yang cukup., Kedua: Pemasaran dengan menggunakan media daring atau on line masih belum bisa dimanfaatkan dengan baik seperti grab daging, grab sayur atau grab buah. Mengingat penerapan PSBB sangat membutuhkan media bisnis berbasis online karena konsumen cenderung diwajibkan di rumah saja., Dan yang Ketiga: Perlunya sebuah badan korporasi yang berbasis usaha Petani yang dibangun dari hulu ke hilir, dari tingkat produksi, pengolahan dan pendistribusian yang langsung ke konsumen sehingga menguntungkan Petani tapi tidak memberatkan konsumen.
“Korporasi ini merupakan bentuk kerjasama Petani dan UMKM yang bersinergi secara simbiosis mutualisme. Perlunya jaringan yang kuat antara Petani dengan Petani, Petani dengan UMKM, Petani dengan perusahaan menengah ke atas, Petani dengan BUMN (red: Badan Usaha Milik Negara) dan Petani dengan pemerintah secara cepat dengan semangat gotong royong sebagai negara industri dan masyarakat konsumsi tinggi yang telah tercapai saat ini. Demikian ide yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah maupun swasta sebagai peluang investasi untuk menghadapi era new normal dan peningkatan kelas ekonomi Indonesia yang sudah semakin diakui dunia.” jelas Ketua DPW Petani Jawa Tengah Dumadi Tri Restiyanto, SE., M.Si.
-. Liputan: Bidang Propaganda & Jaringan – DPW Petani Jawa Tengah.
-. Redaksi: Departemen Propaganda – Dewan Pimpinan Nasional Petani.
-. Editor: Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional Petani.