petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Sabu Raijua, 26-02-2023). Desa – desa pesisir yang menjadi pusat budidaya rumput laut dimana keluarga-keluarga petani rumput laut membudidayakan 50-500 tali rumput laut sebelum Seroja, masih belum sepenuhnya pulih. Jumlah petani aktif mengalami penurunan drastis. Padahal, budidaya rumput laut menjadi mata pencaharian penghasil tunai yang andal bagi masyarakat pesisir di Sabu Raijua, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain karena lahan dan tali yang rusak ketika diterpa badai, pemulihan ekonomi pesisir menjadi sulit karena kondisi curah hujan yang cenderung meningkat hingga akhir tahun 2022. Hal ini mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan yang membawa serta sedimen dan polutan dari darat ke lahar-lahan budidaya di zona pasang-surut.
Bagi beberapa keluarga, hal ini berarti menghidupkan kembali mata pencaharian alternatif yang telah ditinggalkan. Ada yang kembali menyadap nira (iris tuak) untuk memasak gula dan sopi. Ada yang memusatkan sumber daya pada kerajinan tenun.
Kondisi ini juga meningkatkan gelombang migrasi orang Sabu ke daratan Timor, Sumba dan Flores untuk meyadap lontar pada musim panas. Bagi para perempuan, biasanya kepala rumah tangga perempuan migrasi biasanya dilakukan untuk menjual jasa ketrampilan menenun di Kupang dan Sumba. Bagi kepala keluarga perempuan, lumpuhnya ekonomi rumput laut menjadi lebih sulit manakala pilihan untuk bertahan hidup melibatkan keharusan bermigrasi.
•> Liputan / Laporan : Departemen Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI ( Sumber : Lodimeda Kini ).
•> Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.