petani.id – Salah satu badan otonom Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (Petani) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yakni Sekolah Petani Muda Darllos (SPMD) DPW Petani DIY membuka kelas peternakan oleh Qomarun Najmi atau biasa dipanggil Farmer Gus Qomar oleh kawan-kawan Petani. Beliau adalah seorang praktisi peternakan yang telah melanglang di seluruh benua.
Dalam kesempatan ini, Farmer Gus Qomar membagi pengalamannya tentang peternakan di berbagai negara, terutama ternak rumanisia seperti sapi dan domba. Pada dasarnya, peternakan hanya dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Ternak, selain diberi makanan tambahan juga diberikan hijauan yang dikeringkan tanpa proses fermentasi dan ternak diumbar di padang rumput, yang telah ditanami aneka tumbuhan / rumput untuk memenuhi kebutuhan ternak. Hanya saja untuk sistem seperti ini, dibutuhkan lahan yang luas untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Bayangkan, 1 ekor sapi membutuhkan 1 ha lahan rumput untuk 1 kali masa produksi, terutama untuk sapi perah.
“Peternakan era milenial, dimulai dengan analisis kebutuhan daging / telur dan analisis kemampuan produksi. Faktor produksi dipengaruhi oleh sumberdaya manusia, sumber daya alam (pakan, air), infrastruktur, finansial dan sumber daya pasar.” jelas Gus Qomar.
Farmer Gus Qomar menambahkan, “Para Petani di luar negeri, mengembangkan pasar dengan membuat MARKET PLACE yang dikelola koperasi (kooperative) sehingga memiliki gambaran tentang peternakan/pertanian di masa lalu, sekarang dan masa depan. Di dalam Market Place, terdapat program pengembangan jaringan untuk mengedukasi konsumen tentang hasil ternak/pertanian maupun olahannya, dilakukan dengan produksi yang baik dan hasilnya pun memiliki kwalitas yang bagus. Inilah yang seharusnya dilakukan pula di Indonesia, karena Indonesia memiliki sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan pasar yang besar.”
Bagaimana prospek peternakan di Indonesia? Beliau (red: Farmer Gus Qomar) menyarankan, sebagai peternak pemula dengan finansial terbatas, jika beternak unggas sebaiknya memilih ayam petelur karena ayam pedaging telah dikuasai oleh industri yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Sedangkan untuk ternak rumanisia, lebih disarankan memilih kambing/domba karena harga lebih stabil.
Pada akhir sesi kelas Farmer Gus Qomar menjelaskan, “Bahwa dalam sebuah usaha peternakan tentu saja ada resiko yang bisa muncul. Untuk mengatasinya, resiko dapat dicover dengan kotoran ternak yang diolah menjadi kompos, yang kemudian dijual. Hasil penjualan kompos tersebut dapat digunakan untuk membayar premi asuransi hewan ternak atau disimpan, yang dapat digunakan apabila ada hal yang tak diinginkan terjadi.” jelasnya.
(Red : Divisi Propaganda dan Jaringan – DPW Petani DIY)