petani.id – (Artikel, Rabu 12/06/2019). Konflik perdagangan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Amerika Serikat (AS) akan berdampak pada negara asing lainnya terutama Indonesia, bahkan Rusia pun terlibat dalam perseteruan tersebut secara langsung dan berkoalisi dengan Amerika Serikat, yang merupakan lawan ideologi politik namun kawan dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Sebuah fenomena dunia dimana konflik bersenjata, ideologi dan politik telah bergeser dalam kepentingan ekonomi.
Amerika Serikat yang berpaham kapitalisme konservatif berkoalisi dengan Rusia yang berpaham komunisme konservatif bertarung dan melakukan perang dagang dengan RRT yang berpaham sosialisme, nasionalisme dan demokrasi bisa terjadi.
Jadi seolah perkembangan ideologi politik berujung dengan perang dagang dan perang kapital yang berdampak pada pasar persaingan sempurna dengan bersaing dalam bidang teknologi dan sumber daya manusia. Perang konservatif yang menggunakan angkatan perang menjadi kekuatan berubah menjadi ekonomi menjadi kekuatan untuk menguasai perekonomian dunia dengan menggunakan angkatan perang sebagai perangkat pengamanan kapital.
Karena perang dagang dengan bernafas sarana produksi penghasil produksi barang perdagangan baik komoditi maupun teknologi telah menguras begitu banyak sumber daya alam baik manusia dari sektor Industri, pertanian, teknologi informasi dan telekomunikasi, transportasi dan infrastruktur serta jasa jasa kesehatan, pendidikan dan sumber daya manusia.
Sektor pertanian sebagai komuditas perdagangan unggulan yang merupakan kebutuhan primer adalah cukup penting untuk menjadi pensupply dan penyedia kebutuhan sektor industri dan perdagangan akan mengalami ekskalasi dalan pertumbuhan mengingat kebutuhan akan meningkat, sehingga terbentuk keseimbangan pasar baru.
Pertanian adalah tujuan dan sumber kebutuhan manusia yang merupakan tujuan utama dari kedua negara yang bersaing tersebut, sesuai dengan perjalanan sejarah negara negara dunia sejak zaman merkantilis sampai dengan liberalisme perdagangan saat ini.
Indonesia adalah negara yang tidak terlibat dalam konflik perang dagang tersebut namun memiliki dampak akibat potensi perdagangan kedua negara tersebut cukup besar. Perang dagang tersebut berdampak positif dan negatif. Terutama bidang pertanian dengan berbagai revolusi industri dan pertanian .
Indonesia memiliki keunggulan absolut di bidang pertanian dibanding negara lain mengingat: 1. Jumlah Penduduk yang relatif besar., 2. Sumber daya alam dan potensi alam yang melimpah., 3. Teknologi yang terus meningkat mengikuti perkembangan zaman., 4. Potensi persatuan dan kesatuan untuk mendorong pertumbuhan perdagangan dengan teknologi dan sumber daya manusia yang terus meningkat secara kualitas dan kuantitas., 5. Sumber daya alam Indonesia terutama sektor pertanian baik pertanian, kelautan, kehutanan, peternakan dan perkebunan memiliki spesifikasi dan potensi yang khusus dan berbeda dari negara negara lain baik kelebihan atau kekurangannya.
Oleh karena itu seluruh lembaga dan elemen bangsa Indonesia harus bahu-membahu meningkatkan produksi Petani dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan teknologi yang berbasis Pancasila dan Gotong Royong yang memiliki sifat: 1. Teknologi yang menggali dan menggalang potensi persatuan dan kesatuan utuh menjadi bangsa yang memiliki satu cita-cita dari negara berkembang menjadi negara maju., 2. Nilai kemanusiaan yang selalu dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan bangsa Indonesia karena industri dan pertanian merupakan kebutuhan manusia yang merupakan kebutuhan utama manusia dan peradaban dunia., 3. Semangat industri yang berbasis kerakyatan yang penuh hikmah dan kebijaksanaan menuju semangat keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia dengan keadilan dalam bidang ekonomi, politik, hukum dan sosial dengan semangat bangsa Indonesia yang memiliki sejarah sebagai manusia yang BERKETUHANAN YANG MAHA ESA.
Sehingga perdagangan dunia akan membawa perdamaian dunia yang sehat dan dinamis dalam persaingan global menuju tatanan dunia baru.
(Penulis: Dumadi Tri Restiyanto – Ketua DPW Petani Jawa Tengah).
-. Editor: Bidang Propaganda dan Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional Petani.