Berita PetaniMAKLUMAT BUNG KARNO KEPADA KAUM MARHAEN INDONESIA

MAKLUMAT BUNG KARNO KEPADA KAUM MARHAEN INDONESIA

petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Referensi – Jakarta, 23/12/2022). Setelah bebas dari penjara Sukamiskin Bandung, di akhir tahun 1931, Soekarno mendapati PNI telah dibubarkan. Sebagian aktivisnya mendirikan Partai Indonesia (Partindo), dan sebagian lagi mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan). Setelah merenung dan manahan diri selama beberapa bulan, Soekarno mengumumkan maklumat untuk menegaskan pendirian politiknya.

Tatkala saya baru keluar dari penjara Sukamiskin, maka saya menyanggupi kepada kaum Marhaen Indonesia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mendatangkan persatuan antara Partai Indonesia dan Pendidikan Nasional Indonesia. Saya mempunyai cita-cita yang demikian itu karena keyakinan, bahwa di dalam zaman sekarang ini dimana penderitaan rakyat mulai semakin hebat, dimana kesengsaraan marhaen makin meluas dan mendalam, dimana musuh makin mengamuk dan merajalela, dimana udara makin penuh dengan getarannya kejadian – kejadian yang telah datang dan yang akan datang, yang paling perlu untuk keselamatan marhaen adalah persatuan barisan Marhaen, agar supaya tidak hancur tergilas oleh roda zaman yang baginya pada waktu ini ada begitu kejam, lebih kejam lagi daripada yang sudah – sudah.

Dan saya pun mempunyai cita – cita yang demikian itu karena saya yakin, bahwa di dalam hakekatnya P.I dan P.N.I adalah mempunyai satu belangenbasis dan tiada perbedaan azas yang dalam. Saya tidak mungkin mempunyai cita – cita yang demikian itu, kalau saya melihat, bahwa P.I dan P.N.I mempunyai perbedaan belangenbasis dan perbedaan azas yang besar. Juga sampai saya menulis maklumat ini, saya tetap mempunyai keyakinan ini.

Pendapat setengah orang bahwa perselisihan antara P.I (Perhimpunan Indonesia) dan P.N.I (Partai Nasional Indonesia) boleh dibandingkan dengan pertengkaran antara kaum sosial-demokrat dan komunis, -bahwa dus P.I dan P.N.I. harus selamanya menjadi seteru bebuyutan satu sama lain-, pendapat yang demikian itu tak dapat saya sebutkan benar. Saya sendiri seorang Nasionalis yang terlalu memakan garam Marxisme untuk tidak mengetahui perbedaan antara sosial-demokrasi dan komunisme, dan untuk tidak mengetahui bahwa perbedaan antara sosial-demokrasi dan komunisme itu tidak sesuai dengan “perbedaan” antara Partai Indonesia dengan Pendidikan Nasional Indonesia.

Saya yang dengan enam bulan lamanya secara netral bisa mengawaskan perselisihan ini dengan tenang, saya tetap berkeyakinan bahwa terutama sekali salah-faham dan salah penghargaan persoonlah yang menjadi pokok sebabnya kepanasan hati antara beberapa anggota kedua belah pihak. Saya tidak menyangkal, bahwa ada perbedaan – perbedaan yang kecil tentang azas dan taktik, tetapi perbedaan itu tidaklah begitu besar atau fundamentil untuk menjadi sebab berpisahan satu sama lain. Saya malahan berkata, bahwa di dalam tiap – tiap partai adalah perbedaan – perbedaan yang kecil itu antara golongan – golongan di dalam partai itu, -bahwa di dalam tiap – tiap partai satu pihak adalah sedikit lebih “sengit” dan satu pihak sedikit lebih “tenang”.

Saya, oleh karena hal – hal itu semua, tak jemu – jemu menganjurkan persatuan, tak jemu – jemu mendinginkan segala rasa kepanasan hati, tak jemu – jemu mencoba menghilangkan segala kesalahan faham. Saya sebagai salah satu pemimpin kaum Marhaen, merasa wajib mengikhtiarkan persatuan itu, wajib berusaha memulihkan lagi organisasi kaum Marhaen itu, wajib mencoba apa yang boleh dicoba, -dengan menyerahkan hasil atau tidaknya ke dalam tangan Allah. Saya sering melihat orang bersenyum sambil berkata, bahwa semua orang tentu senang akan “persatuan”, tetapi saya tanya: siapakah dari orang – orang itu yang mengikhtiarkan persatuan itu? Saya tidak mau seperti banyak orang hanya memuji persatuan saja, saya mengikhtiarkan persatuan itu. Sejarah nasional nanti tidak dapat mempersalahkan saya, bahwa saya tidak menjalankan saya punya kewajiban.

Enam bulan lebih saya bekerja buat persatuan itu. Enam bulan lebih saya sengaja tak duduk dalam salah satu partai, tak lain tak bukan hanya supaya usaha persatuan lebih gampang berhasil. Enam bulan lebih saya tidak ikut memegang komando perjuangan Marhaen. Enam bulan lebih saya kadang – kadang mendapat sindiran – sindiran dari orang – orang yang tak mempunyai verantwoorderlijkheidsgevoel, yang mengeluarkan suara hanya mengeluarkan suara. Enam bulan lebih saya mengejar saya punya cita – cita. Cita – cita saya itu, satu barisan Marhaen yang radikal dan Marhaenistis, kini belum laksana, tetapi kepanasan hati antara sebagian persoon sudah banyak menjadi lenyap, kesalahan faham yang kadang – kadang mengenai barang yang tidak – tidak banyak menjadi kurang, kecurigaan antara anggota kedua pihak, yang kadang – kadang seolah penyakit, banyak menjadi padam. Di Bandung misalnya P.I. dan P.N.I. duduk di dalam satu clubhuis; buat hasil ini saja saya sudah mengucap syukur!

Kini sudah temponya saya kembali ikut memegang komando perjuangan Marhaen. Kini sudah temponya saya kembali ikut menyusun kekuasaan Marhaen, machtsvorming Marhaen. Politik buat saya bukanlah pertama – tama menciptakan suatu ide, politik buat saya ialah menyusun suatu kekuasaan yang terpikul oleh ide. Hanya machtsvorming yang terpikul oleh ide itulah yang bisa mengalahkan segala musuh kaum Marhaen.

Jawaharlal Nehru, itu pemimpin rakyat India, pernah berkata: “Dan jikalau kita bergerak, haruslah kita selamanya ingat, bahwa cita – cita kita tidak dapat terkabul, selama kita belum mempunyai kekuasaan yang perlu untuk mendesakkan terkabulnya cita – cita itu. Sebab kita berhadap – hadapan dengan musuh, yang tak sudi menuruti tuntutan – tuntutan kita, walaupun yang sekecil – kecilnya. Tiap-tiap kemenangan kita, dari yang besar – besar sampai yang kecil – kecil, adalah hasilnya desakkan dengan kita punya tenaga. Oleh karena itu, “teori” dan “prinsip” saja buat saya belum cukup. Tiap – tiap orang bisa menutup dirinya di dalam kamar, dan menggerutu “ini tidak menurut teori”, “itu tidak menurut prinsip”. Saya tidak banyak menghargakan orang yang demikian itu. Tetapi yang paling sukar ialah, di muka musuh yang kuat dan membuta tuli ini, menyusun suatu macht yang terpikul oleh suatu prinsip. Keprinsipiilan dan keradikalan zonder machtsvorming yang bisa menundukkan musuh di dalam perjuangan yang hebat, bolehlah kita buang ke dalam Sungai Gangga. Keprinsipiilan dan keradikalan yang menjelmakan kekuasaan, itulah kemauan Ibu (pertiwi)!”

Perkataan Jawaharlal Nehru ini saya ambil sebagai perkataan saya sendiri. Juga kita kaum Marhaen Indonesia tak cukup dengan menggerutu saja. Juga kita harus menjelmakan azas atau prinsip kita ke dalam suatu machtsvorming yang maha-kuasa. Juga kita harus insyaf seinsyaf – insyafnya, bahwa imperialisme tidak dapat dikalahkan azas atau prinsip saja, melainkan dengan machstvorming yang terpikul oleh azas atau prinsip atau ide itu!

Kini orang banyak yang memanggil saya kembali ke “practische politiek”. Juga zonder panggilan itu saya niscaya kembali ke practische politiek, karena memang kewajibanku ikut berjuang di atas practische politiek. Ya, sebenarnya hari keluar saya dari Penjara Sukamiskin saya sudah kembali ke practische politiek, yakni mulai mengusahakan persatuan Marhaen.

Tetapi lebih tegas lagi : kini saya masuk kesalah suatu partai. Kini saya masuk Partai Indonesia. Kini orang “bisa melihat dimana Bung Karno duduk”. Di dalam kongres Pendidikan Nasional Indonesia yang baru lalu saya bersumpah, bahwa saya selamanya akan mengabdi kepada Marhaen. Baik di dalam Partai Indonesia maupun Pendidikan Nasional Indonesia saya bisa mengabdi kepada Marhaen itu. Memang P.I. dan P.N.I. adalah dua-duanya organisasi Marhaen. Memang P.I. dan P.N.I. adalah dua-duanya membela kepentingan Marhaen. Memang juga bukan tanda penyangkalan kemarhaenan P.N.I. kalau saya masuk Partai Indonesia. Saya masuk Partai Indonesia oleh karena hak saya sendiri, menentukan sendiri bagaimana seyogyanya saya memenuhi sumpah saya tadi itu!

Kaum Marhaen Indonesia, masih tetap keinginan saya melihat satu barisan Marhaen yang radikal dan Marhaenistis, -suatu barisan yang niscaya membesarkan kita punya kekuasaan. Marilah kita senantiasa membesar – besarkan machtsvorming kita itu. Marilah kita berjuang dengan berdiri tegak serapat – rapatnya, rapat di dalam perjuangan biasa, lebih rapat di dalam massa musuh mengamuk dan merajalela. Marilah kita memeras tenaga menjalankan suruhan riwayat, -suruhan riwayat yang hanya kaum Marhaenis sendiri bisa melaksanakannya, yakni mendatangkan suatu masyarakat yang adil dan sempurna!

Adil dan sempurna buat negeri Indonesia!
Adil dan sempurna buat bangsa Indonesia!
Adil dan sempurna buat Marhaen Indonesia!

-. Referensi: ‘Bung Karno: Marhaenisme Adalah Teori Perjuangan Dan Sosialisme Dalam Praktek, 2002.’

-. Laporan : Departemen Propaganda – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.

-. Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.

spot_img

Surat Keputusan Nomor: 017/CEO/SK/PETANI.ID/XII/2024

petani.id - (#SDMPetaniUnggul - Jakarta, 01/01/2025). Surat Keputusan Nomor:...

INFO LOWONGAN KERJA

petani.id - (#SDMPetaniUnggul - Info Lowongan Kerja - Jakarta,...

Terima Kasih Dewan Ketahanan Nasional, Selamat Bertugas dan Sukses Dewan Pertahanan Nasional

petani.id – ( #SDMPetaniUnggul – Editorial – Jakarta, 24/12/2024)....

PERTANIAN ZERO INPUT

petani.id - (#SDMPetaniUnggul - Liputan - Jakarta, 09/12/2024). Dalam...

Kolaborasi KemenUMKM, Petani Kabupaten Bogor Gelar Pelatihan Vokasi Pengembangan SDM Sektor Kuliner

petani.id - (#SDMPetaniUnggul - Bogor, 02/12/2024). Dewan Pimpinan Cabang...

Kawal Makan Bergizi Gratis, PETANI: Ingat Pencanangan Misi Gerakan Nasional Konsumsi Pangan Sehat!

petani.id - (#SDMPetaniUnggul - Liputan - Jakarta, 15/10/2024). Dewan...

Impor 1 Juta Ekor Sapi? PETANI: Ingat Manifesto Kampanye Nasional GERAKAN SUSU UNTUK ANAK INDONESIA SEHAT DAN CERDAS!

petani.id - (#SDMPetaniUnggul - Liputan - Jakarta, 12/10/2024). Dewan...
spot_img
WhatsApp chat