www.petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Editorial – Jakarta, 09/08/2025). Perubahan iklim global dalam perdagangan komoditas memberikan tantangan baru. Kebebasan pasar dan peran negara silih berganti mengambil posisi dalam pergeseran arah perdagangan. Kebebasan pasar memberi ruang pada setiap individu untuk mengambil porsi ekonomi tanpa batasan. Bahkan dapat mengintervensi kebijakan pemerintahan sebuah negara, secara langsung atau tidak langsung, secara tersurat ataupun tersirat, demi hasrat ekonominya.
Sementara itu, peran negara pada era pasca globalisasi saat ini, kembali menjadi penentu dalam arah ekonomi global. Gejolak di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara, isu kemanusiaan, ancaman wabah serta tekanan perubahan iklim memberikan dampak langsung terhadap gejolak harga komoditas. Belum ada yang dapat memprediksi kapan ekonomi global mencapai stabilitas baru.
Proses negosiasi ekonomi dan lingkungan tingkat global yang ketat dan intensif dalam berbagai pertemuan multilateral akan terus berjalan setidaknya hingga 3 tahun ke depan. Yang terdekat adalah pertemuan para Menteri Pertanian negara-negara APEC yang akan fokus pada isu Ketahanan Pangan.
Industrialisasi Untuk Siapa?
Setiap negara mempunyai tantangan berbeda dalam persoalan ketahanan pangan. Indonesia berada pada kondisi dimana sistem produksi pangan sangat rentan terhadap ancaman perubahan iklim, alih fungsi lahan yang brutal, dan lemahnya sistem yang dibangun Pemerintah untuk perlindungan petani produsen bahan pangan dan masyarakat konsumen umumnya. Kasus beras oplosan adalah cermin lemahnya sistem dalam industri perberasan yang berakibat konsumen merugi dan perekonomian terganggu.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang melibatkan pengolahan bahan mentah atau bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi, dengan tujuan meningkatkan nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga industrialisasi dapat diartikan sebagai upaya memperbanyak dan memperluas peningkatan nilai tambah atas bahan-bahan yang diolah untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Di dalam industri digunakan mesin-mesin dan peralatan dari yang paling sederhana hingga mesin berat dengan kompleksitas tinggi.
Tujuan utama industri adalah membuat produk-produk dengan nilai ekonomi yang menguntungkan. Namun demikian, porsi nilai ekonomi dari sebuah industri nyaris tidak dinikmati oleh petani produsen bahan pangan. Oleh karenanya, petani seringkali menjadi bulan-bulanan ketika terjadi gejolak harga dan maraknya spekulasi. Posisi tawar yang lemah, modal terbatas dan kurangnya pengetahuan menjadikan petani tidak banyak pilihan dan andilnya seringkali diabaikan. Padahal risiko gagal produksi petani itu tidak dijamin oleh Pemerintah, sedangkan hasil produksi petani adalah bahan mentah untuk industri bisa dijalankan.
Oleh karenanya, diperlukan arah baru dalam industrialisasi di Indonesia agar degradasi lingkungan tidak merajalela, alih fungsi lahan produktif tidak terjadi, dan terbangunnya tata kelola sumberdaya yang menciptakan peluang-peluang bagi masyarakat untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Sehingga masyarakat, terutama petani, mempunyai penghidupan yang layak, serta berperan lebih besar dalam perekonomian secara berkelanjutan.
Tata kelola sumberdaya perlu diperbaiki sehingga dapat menghasilkan nilai-nilai dan tradisi-tradisi yang menciptakan produktifitas yang harmonis antara manusia dan ruang hidupnya. Kehidupan harmonis itu tentunya tidak serta-merta terbentuk instan tetapi melalui proses pembelajaran serta trial and error yang berulang sampai pada titik pemahaman tertentu bahwa ada batasan yang tidak boleh dilewati. Kehidupan petani tidak bisa dipisahkan dari alam yang meliputi sumber air, kondisi tanah, musim, cahaya matahari, arah angin, cuaca dan lainnya.
Mentalitas Baru
Saat ini perubahan iklim menjadi tantangan terberat di lapangan produksi bahan pangan. Kekacauan musim dan cuaca yang mudah berubah seringkali mengganggu konsistensi hasil panen, seperti banjir, kekeringan, wabah penyakit tanaman dan hama serta gulma. Masalah yang dihadapi petani ini diantaranya dapat diatasi dengan produk-produk hasil industri seperti pupuk, obat-obatan anti hama gulma dan benih atau bibit yang dikembangkan. Tetapi kelestarian sumberdaya alam terutama tanah dan air menjadi faktor dominan dalam produksi bahan pangan.
Tanah yang rusak dan beracun tidak akan menghasilkan tanaman yang sehat dan berbuah. Dan sumber air yang tidak dijaga akan melemahkan daya dukung lingkungan dan mengakibatkan bencana. Bahkan ketika polusi tidak terkendali bisa menyebabkan cahaya matahari menjadi lebih panas dari tahun-tahun sebelumnya dan dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup termasuk tanaman dan hewan ternak.
Perubahan iklim yang mengganggu konsistensi produksi bahan pangan harus dihadapi dengan mentalitas berbeda. Cara produksi harus dirubah dan diselaraskan dengan kondisi alam yang sudah menurun. Penggunaan bahan alami harus diperbanyak dalam perawatan tanaman, penyediaan pakan ternak, maupun obat-obatan dan nutrisi tambahannya.
Pengelolaan sumberdaya alam oleh Pemerintah pun harus mengedepankan mentalitas baru yang mampu mereduksi dampak negatif, mempercepat perbaikan kondisi alam dan mengembangkan produktivitas pangan yang berkelanjutan. Ekstraksi dan perubahan hutan di pegunungan menjadi kawasan komersial ataupun perkebunan harus dibatasi lebih ketat untuk mempertahankan sumber air.
Tata ruang wilayah harus dikendalikan agar lahan pertanian produktif tidak ditimbun dan diubah menjadi lokasi industri, kawasan komersial atau bahkan permukiman. Selain itu, cara produksi bahan pangan harus secara konsisten mengurangi input kimia dalam keseluruhan prosesnya sehingga konsumen dapat menikmati pangan yang lebih sehat.
Industrialisasi Pangan
Untuk meningkatkan kesejahteraan, maka petani harus mempunyai mentalitas baru yang dapat menciptakan peluang-peluang baru dalam kehidupan produktifnya. Selain melakukan inovasi terus-menerus di lahan produksinya, para petani harus merekayasa peluang yang berkaitan dengan hasil panennya. Membangun usaha bersama dengan petani-petani lain dalam kegiatan yang teratur dan terstruktur dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan. Dengan konsistensi dan militansi, sangat mungkin bahwa petani-petani dalam usaha bersama itu dapat meningkatkan skala ekonominya sehingga berpeluang untuk memiliki industrialisasinya sendiri untuk mengembangkan segala urusan dalam sistem produksinya mulai dari perbenihan dan pembibitan, produksi pupuk dan obat-obatan, pengolahan hasil panen, pemasaran, dan penyediaan modal kerja.
Gerakan Industrialisasi Pangan Nasional Berbasis Kerakyatan menjadi misi Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (PETANI) yang selalu disampaikan oleh Ketua Umum PETANI Satrio Damardjati adalah sebuah misi untuk memperbesar peran para petani dalam perekonomian negara. Industrialisasi oleh petani dalam usaha bersama ditujukan untuk menjamin ketersediaan input produksi serta menjamin konsistensi dalam sistem produksi secara berkelanjutan.
Dalam skala lebih besar, kegiatan menciptakan nilai tambah dapat ditingkatkan hingga menjadi sebuah pabrik. Kepemilikan peran dalam sebuah industrialisasi akan memberikan peluang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Bersamaan dengan itu, petani dapat menyiapkan generasi petani selanjutnya yang lebih cerdas, berinovasi tinggi, punya penghidupan yang layak dan berdaulat atas tanah-airnya.
•> Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional Petani.