petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Opini – Semarang, 25/08/2023). Enam Agustus silam rasanya bagaikan mimpi mendengar berita duka yang sangat mengejutkan. Bung Nirwan Ahmad Arsuka, sang pendiri Pustaka Bergerak telah berpulang ke Rahmatullah di apartemennya di Jakarta Selatan. Padahal baru tiga hari yang lalu Almarhum menyanggupi menjadi salah satu pembedah pada acara bedah buku novel perdana saya bulan September 2023. Almarhum memberikan alamat untuk pengiriman berkas novel MIJIL. Rupanya itu menjadi percakapan terakhir kami.
Salah satu hal yang diwariskan Bung Nirwan adalah pemikirannya tentang Hilirisasi Kebudayaan Indonesia. Hal ini merupakan pengolahan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa menjadi bahan yang jauh lebih tinggi nilainya.
Sudah lama saya terusik melihat fenomena budaya Korea Selatan (Korsel) yang menyerbu Indonesia dan memikat para generasi muda. Produk industri kreatif Korsel mulai dari film, musik, busana hingga kuliner begitu disukai konsumen kawula muda Indonesia.
Kekayaan budaya Indonesia sebenarnya tidak kalah bahkan jauh lebih unggul dibandingkan negara lain termasuk Korsel. Coba hitung berapa banyak jenis tarian, bahasa, tembang, cerita rakyat, pakaian adat dan masakan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Pasti jari kita tidak akan cukup untuk menghitungnya. Namun sudahkah kita memonetisasi kekayaan budaya tersebut? Sudahkah kita mengolah budaya Indonesia menjadi produk seni yang disukai mayoritas masyarakat Indonesia bahkan menembus pasar global?
Saya memiliki obsesi yang sama dengan pemikiran Bung Nirwan. Kami ingin membuat budaya Indonesia yang luar biasa kaya ini dikenal dan dicintai masyarakat Indonesia dan menembus pasar global hingga bisa mengguncang dunia serta memakmurkan Indonesia seperti halnya fenomena Hallyu atau Korean Wave yang spektakuler dalam tiga dekade terakhir.
MIJIL, novel perdana saya ini hanya karya sederhana yang mencoba memasukkan unsur-unsur budaya Indonesia yang dikemas dalam cerita bergaya bahasa populer.
Terima kasih banyak Bung Nirwan sudah berkenan mengapresiasi karya saya dengan bersedia menjadi pembedah buku. Meski ternyata Tuhan punya rencana lain yang pasti jauh lebih indah. Semoga suatu saat nanti obsesi kita untuk hilirisasi kebudayaan Indonesia terwujud nyata.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
Selamat jalan Bung Nirwan. Jasa-jasamu bagi dunia literasi Indonesia, Insya Allah menjadi amal jariyahmu. Aamiin.
-. Penulis : Ernawiyati (Novelis dan anggota Kelompok PETANI Clapar Makmur).
-. Editor : Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.