petani.id – Untuk meningkatkan nilai tukar Petani, dan salah satu bagian dari kurikulum SPMD (Sekolah Petani Muda Darlos) sebagai badan otonom Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (Petani) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diantaranya, pelatihan produk olahan. DPW Petani DIY mengadakan pelatihan pengolahan buah salak menjadi minuman sari buah yang kaya nutrisi dan mampu menjadi daya jual untuk memenuhi permintaan pasar baik Nasional maupun Internasional. “Hidup sukses perlu perubahan, saya sebagai Petani salak juga ingin setiap Petani salak di Kabupaten Sleman ini hidup lebih baik dari pekerjaan yang di tekuni” kata Eka Winarna, pemateri dan juga praktisi cara pengolahan buah salak, menyampaikan di depan anggota Petani di ruang training gedung Telkom Sto Kentungan pada Kamis 19 Oktober 2018.
“Banyak Petani salak di kampunganya kurang memahami bagaimana cara meningkatkan nilai jual salak, disamping di jual ke pasar secara langsung” sambung Eka di acara pelatihan tersebut. Ide tersebut dia tuangkan lewat ilmu dari ibunya yang notabene Petani salak secara turun temurun, dan hasilnya sampai saat ini masih belum mampu memenuhi permintaan pelanggan apalagi di saat hari besar, terutama pada saat Idul Fitri. Hasil produk olahan salak Eka yang di beri nama minuman sari buah salak Naufresh, dengan kemasan yang unik mampu membuat pelanggan ketagihan, disamping bahan-bahan yang di gunakan sudah mendapat izin dari dinas peridustrian, juga cara pengolahan yang mementingkan kebersihan.
Bahkan hasil olahan salak tersebut mampu menyabet penghargaan tinggal nasional produk UMKM. Selain sebagai petani salak, keseharian Eka membantu pendampingan bagi warga dalam hal cara pengolahan yang benar sesuai standar layak konsumsi. “Mumpung kita masih muda, mari kita manfaatkan umur kita untuk berbagi dan tolong-menolong” sambut eka sambil tersenyum senang, karena melihat masih ada generasi muda yang mau peduli jadi Petani.
Di hari yang sama, juga di sampaikan cara pengolahan Lidah buaya, setelah materi pengolahan buah salak. Dimana selama ini masyarakat kurang berminat dengan menanam lidah buaya.
“Selama ini masyarakat hanya tahu kalau lidah buaya hanya untuk sampho dan pengobatan yang berhubungan dengan perut, tapi dengan cara yang tepat pengolahannya bisa menjadi minuman setup yang segar dan sangat di gemari oleh kawula muda, selain juga untuk kesehatan tubuh” kata Wiwit Suroto sebagai pemateri dan praktisi yang juga sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Petani Kabupaten Kulonprogo dalam acara Pegolahan Lidah Buaya untuk kesejahteraan perekonomian keluarga.
Dengan cara yang tepat pembudidayaan dan pengolahan lidah buaya, dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, terutama Petani yang punya lahan kurang pengairan, karena tanaman ini tidak memerlukan banyak air untuk penyiraman. Hal tersebut juga membuat peserta sangat antusias ketika bertanya cara pembudiayaannya.
Lebih lanjut di sampaikan oleh Wiwit, cara pengolahannya sangat sederhana, bahkan bahan dan alat untuk mengupas sudah ada di dapur kita, seperti sendok garpu. Bahan yang digunakan juga dengan mudah bisa diperoleh di warung sekitar kita. Selain daging dari lidah buaya untuk minuman segar, ternyata kulitnya bila di keringkan juga bisa diproses sebagai teh yang tak kalah segarnya dengan teh pada umumnya. Acara di tutup dengan tanya jawab dengan peserta.
Acara pelatihan juga di hadiri oleh Pejabat PT Telkom Pusat sebagai study banding untuk di sampaikan ke rekanan petani di daerah lainnya. “Lidah buaya yang selama ini jarang diminati masyarakat, melalui pelatihan seperti ini, akhirnya mampu memaksimalkan Nilai Tambah Petani dalam market place UMKM yang berbasis kearifan lokal” kata salah satu pejabat PT Telkom ketika diwawancarai.
(Sumber: Propaganda dan Jaringan DPW Petani DIY).