www.petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Editorial – Jakarta, 14/07/2025). Kerentanan tatanan global sedang diuji. Ketegangan yang terjadi di beberapa bagian dunia membuat kaum intelektual harus berpikir keras. Bukan saja untuk meredakan ketegangan, tetapi juga mengupayakan arsitektur baru bagi tatanan global yang lebih beradab dan adil bagi umat manusia tanpa kecuali.
Ketika semua negara bersikukuh pada kepentingan nasional, dan merasakan tekanan internasional terhadap mereka semakin berat, terjadi tindakan-tindakan sporadis yang mengganggu ketentraman bersama. Namun tidak banyak yang memahami bahwa tindakan sporadis yang terjadi juga sebenarnya merupakan dampak akumulatif dari sekian banyak perubahan perilaku dalam pergaulan internasional. Tidak ada yang benar-benar instan. Bahkan gejala ketidakadilan yang kerap muncul hingga cenderung menjadi diskriminatif telah menciptakan jerat ekonomi politik yang menghambat perbaikan kehidupan masyarakat di belahan dunia tertentu.
Kerjasama multilateral mutlak dibutuhkan agar berbagai keterbatasan yang dimiliki sebuah masyarakat atau negara, dapat teratasi tanpa adanya eksploitasi sumber daya berlebihan yang mengandung risiko jangka panjang yang di luar perhitungan.
Kesetimbangan baru perdagangan global perlu menebalkan keadilan untuk semua hingga nilai tukar global lebih dekat pada perdagangan yang adil atau fair trade. Tidak ada negara yang benar-benar bisa hidup sendiri, seperti juga manusia yang mustahil hidup sendirian dalam kemajuan karena selalu ada pihak lain yang pasti berinteraksi dengannya dalam berbagai tingkat kepentingan relatif yang berbeda-beda. Oleh karenanya, para pemimpin dunia perlu menciptakan peta baru yang mengarahkan kehidupan masyarakat dunia jadi lebih baik bagi umat manusia seluruhnya.
Relativitas alam pada saat ini sedang tertekan oleh perubahan iklim, dan tidak ada yang bisa mengelak dari itu. Bahkan sejak tahun 2009, FAO sudah mengirimkan sinyal tanda bahaya tentang kondisi pangan dunia yang rentan. Produktivitas terganggu, biodiversitas tercabik dan beberapa nyaris punah, keberlanjutan produk ekstraksi menurun, hingga berdampak pada kemiskinan absolut yang merajalela karena ketidakmampuan dan akses masyarakat dunia terhadap sumber daya pangan dan air yang menurun drastis. Hal tersebut menjadi dasar geopolitik internasional Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (Petani) yang selalu disampaikan Ketua Umum Petani Satrio Damardjati dalam forum nasional dan internasional bahwa ‘PANGAN PERTAHANAN MUTLAK SEBUAH BANGSA’.
Di balik tantangan situasi global yang penuh ketidakpastian, tentu negara Indonesia harus tetap optimis untuk menjadi kokoh dari dalam, terutama memastikan kebutuhan dasar terpenuhi secara layak, kemampuan menjangkau kebutuhan yang menguat secara bermartabat, dan semakin luasnya akses kebutuhan dasar itu secara berkelanjutan. Kokoh dari dalam itu berwujud pada pertahanan mutlak yang handal pada pengelolaan pangan, air dan energi yang garis kebijakannya di bawah Menteri Pertahanan, dalam wajah Direktorat Jenderal Pertahanan Pangan, Air dan Energi. Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Petani mengkaji bahwa struktur ini mengacu pada perspektif pertahanan mutlak negara dan orientasi peran yang mengutamakan pengelolaan sumber daya berkelanjutan yang difokuskan pada produksi distribusi dan perdagangan yang terencana.
Wadah pengelolaan yang dihadirkan itu terutama adalah untuk menekan risiko ancaman terhadap kebutuhan dasar umat manusia. Keberlangsungan sebuah bangsa terutama adalah kehidupan yang layak bagi semua orang, mulai dari kebutuhan dasar untuk hidup, kebutuhan dasar untuk berkembang secara fisik dan mental, hingga berpartisipasi dalam membangun peradaban dunia yang lebih kokoh dengan pondasi perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari peran pengelolaan pangan, air dan energi, diharapkan dapat menguatkan pondasi produksi pangan berkelanjutan yang tidak semata-mata untuk penduduk di negeri sendiri, tapi juga penduduk dunia dalam kemampuan serta peran sebagai negara yang menghormati pergaulan dunia yang saling meringankan beban hidup dan menguatkan rasa persaudaraan tanpa sekat ras, agama dan kebangsaan.
Cita-cita pembaruan itu ditujukan berupa pangan untuk semua, yang mengutamakan mutu dan jumlah yang layak hingga tiap-tiap manusia dapat lebih bertenaga hingga menyentuh seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkannya.
•> Editorial : Bidang Propaganda dan Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional Petani.




