petani.id – (#SDMPetaniUnggul – Artikel – Jakarta, 17/09/2019). Anthrax dan agen biologik yang lain dapat menjadi ancaman serius bila disalahgunakan dengan memanfaatkan keunggulan sifat biologiknya untuk direkayasa oleh orang ataupun kelompok yang tidak bertanggung jawab, seperti menjadi produksi senjata biologik yang digunakan dalam peperangan. Senjata yang demikian sangat berbahaya karena sulit untuk dideteksi, jangkauan korban luas, sasaran tidak terkendali dan berakibat sangat fatal. Kemampuan spora anthrax untuk menghasilkan toxin yang dapat menimbulkan kematian manusia maupun hewan serta tahan terhadap lingkungan dan atau suhu yang tinggi menyebabkan bakteri ini sangat potensial untuk digunakan sebagai senjata biologik.
Menurut ahli patologi veteriner, anthrax juga dipakai sebagai salah satu senjata andalan dalam peperangan di Irak selama berkecamuknya perang teluk melawan Amerika Serikat dan sekutunya, yang akhirnya dalam proses gencatan senjata disetujui untuk dimusnahkan. Sebagai antisipasi kemungkinan digunakannya kuman atau bakteri anthrax untuk senjata biologik, Departemen Pertahanan Amerika Serikat melakukan vaksinasi bagi semua personel yang turut berperang di Kawasan Teluk.
Berbagai agen patogen dapat digunakan dalam perang hayati termasuk diantaranya adalah jenis bakteri, protozoa, riketsia, virus dan fungi serta berbagai toksin yang diproduksi oleh jasad renik hewan atau tanaman.
Perkembangan Senjata Biologik
Memasuki abad XXI ini perhatian dunia internasional terhadap anthrax telah sedikit berkembang bukan saja semata-mata masalah kesehatan tetapi juga kekhawatiran dengan adanya issue bom anthrax sebagai senjata biologik untuk melawan musuh atau menciptakan teror kepada kelompok tertentu yang berseberangan sehingga menyebabkan ketegangan hubungan dan memicu konflik di masyarakat secara kelompok dalam lingkup lokal, regional, nasional ataupun internasional. Pada hakikatnya, senjata biologik adalah setiap agen infeksius hayati semacam bakteri atau virus ketika secara sengaja digunakan oleh pihak tertentu untuk menciptakan kekhawatiran atau ancaman bahaya yang menimbulkan korban. Definisi ini kemudian diperluas lagi menjadi masalah toksin yang dihasilkan oleh agen dan racun yang berasal dari bahan hayati.
Pasca penabrakan dengan sengaja dua buah pesawat ke gedung World Trade Centre, New York pada 11 September 2001 lalu, anthrax kemudian muncul menjadi pemberitaan menonjol karena banyaknya berita tentang pengiriman kuman atau spora yang dilakukan melalui paket atau surat baik yang ditujukan ke kelompok tertentu perorangan. Hakikatnya, anthrax sebagai senjata biologik telah lama dilakukan penelitian lebih dari 80 tahun yang lalu. Pada saat ini dipercaya bahwa kurang lebih ada 17 negara yang masih mengembangkan program senjata biologik, namun dari sumber yang didapat diantara negara-negara ini tidak diketahui secara tepat berapa jumlah diantaranya yang menggunakan kuman atau bakteri anthrax dikarenakan tinggi dan tertutupnya akses fasilitas pengembangan tersebut.
Spora anthrax juga digunakan sebagai alat teror yang potensial dengan rekayasa produksi spora bentuk kering yang tahan panas dan dapat dibentuk menjadi serbuk, sehingga dapat mudah tersebar dan terhirup oleh korbannya baik pada orang ataupun hewan. Serbuk anthrax akan menyebabkan kerusakan pada sistem alat pernafasan yang melanjut terjadi kematian dalam waktu satu minggu.
Macam Senjata Biologik
Berbagai jenis agen biologik telah ditengarai menjadi bahan sangat potensial bagi para teroris untuk digunakan sebagai sarana senjata biologik untuk menimbulkan teror. Diantaranya adalah:
-. Bacillus anthracis,
-. Cryptococcus sp.,
-. Escherichia coli,
-. Hemophylus influenzae,
-. Brucella sp. (Undulan fever),
-. Psittacosis,
-. Yersinia pestis,
-. Tularemia,
-. Malaria,
-. Cholera,
-. Typhoid,
-. Bubonic plague,
-. Bisa Ular Cobra,
-. Toksin sellfish,
-. Toksin botulinal,
-. Saxitoxin,
-. Ricin,
-. Smallpox,
-. Shigella flexneri,
-. S. dysenteriae,
-. Salmonella sp,
-. Staphyllococcus enterotoxin B.,
-. Hemorrhagic fever,
-. Venezuelan equine encephalitis,
-. Histoplasma capsulatum,
-. Pneumonic plaque,
-. Rocky Mountain spotted fever,
-. Dengue fever,
-. Rift Valley fever,
-. Diphteria,
-. Mellioidosis,
-. Glanders,
-. Tuberculosis,
-. Infectious hepatitis,
-. Encephalitides,
-. Blastomyces sp.,
-. Nocarda sp.,
-. Yellow fever,
-. Typhus,
-. Tricothecene mycotoxin,
-. Aflatoxin,
-. Q. fever.
Beberapa di antara agen biologik diatas tersebut dapat berdampak mematikan pada manusia, namun beberapa diantaranya dengan teknologi tertentu dapat berperan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh, misalnya dalam bentuk vaksin.
Anthrax dan small plague dikatagorikan dalam sepuluh besar urutan teratas dengan tingkat keganasan yang kurang lebih sama tinggi dan berpotensi dapat menimbulkan masalah global. Pengelompokan ini didasarkan atas kemampuan penyebaran dan penularannya, potensinya dalam menimbulkan bahaya bagi manusia, peranannya dalam menimbulkan kepanikan publik dan gangguan sosial, serta besarnya upaya yang harus dilakukan masyarakat untuk menghindari bahaya yang ditimbulkannya. Sebagai contoh adalah toksin botulinum yang telah dinyatakan tiga juta kali lebih potensial dibandingkan dengan agen kimia yang merusak saraf.
Manipulasi Spora Anthrax Untuk Bahan Senjata Biologik
Untuk mengembangkan anthrax sebagai senjata biologik harus diupayakan rekayasa enginering dengan membuat spora dalam bentuk aerosol agar mudah terhirup oleh korbannya. Di alam, spora anthrax akan cenderung membentuk gumpalan dalam ukuran partikel yang sulit untuk dihisap, sehingga menurut sifat aslinya merupakan kelemahan untuk menjadikannya upaya rekayasa melalui proses pemupukan kuman di laboratorium agar berubah menjadi substansi bersifat aerosol menggunakan cara kombinasi dengan tepung halus untuk mencegah penggumpalan.
Agar lebih mudah terhirup oleh manusia dan kemudian masuk ke paru, spora anthrax juga dilakukan rekayasa genetik agar ukurannya kurang dari satu mikron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1970 menganalisis bahwa pelepasan spora anthrax sebagai senjata biologik ke udara dengan melawan arah angin di dalam suatu populasi penduduk yang berjumlah 5 juta orang diperkirakan akan menyebabkan korban keganasan kuman sejumlah 250.000 orang dan 100.000 orang di antaranya akan meninggal dunia. Konggres Amerika Serikat kemudian juga menganalisis bahwa 130.000 sampai 3 juta orang diperhitungkan akan meninggal bila dilakukan pelepasan 100 kg spora anthrax ke udara di atas kota Washington DC, yang dapat menyejajarkan serangan bom anthrax dengan penggunaan bom atom. Secara perhitungan biaya relatif sangat murah, untuk memproduksi senjata biologik anthrax hanya diperlukan biaya US $ 50.00 (atau senilai Rp. 650.000 dalam kurs rupiah) untuk menyiapkan 1 kilogram spora anthrax yang dimana 1 gram spora anthrax diperkirakan berisi 1 trilyun spora anthrax.
—
-. Oleh: Satrio Damardjati – Ketua Umum Petani.
-. Referensi: Dari berbagai sumber Bidang Veteriner.
-. Editor: Bidang Propaganda & Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional Petani.