www.petani.id – (SDMPetaniUnggul – Liputan – Kulon Progo, 16/11/2025). Laboratorium Kedaulatan Pangan dan Agribisnis Kerakyatan (Lab. KPAK) Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (PETANI) Unit Tulungagung menilai pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) juga Ketua Tim Koordinasi Makanan Bergizi (MBG), Zulkifli Hasan, (Kumparan – Sleman, Minggu, 2/11/2025) yang meminta agar petani tidak lagi menanam singkong jika tidak ada industri pengolahan yang menampung hasil panen, karena Menko Pangan menilai harga di tingkat petani terlalu rendah dan tidak menguntungkan sebuah pernyataan yang menyatakan tidak paham agenda pangan Presiden Prabowo Subianto dengan memggabungkan dua sektor strategis lain: air dan energi, sebagai bagian dari visi Swasembada 3 Pilar (Pangan, Air, Energi).
“Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Nasional 2025–2029 dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Swasembada Pangan, Energi dan Air Nasional yang kemudian didukung dengan terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2025 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Swasembada Pangan, Energi dan Air Nasional merupakan arah agenda pangan Presiden Prabowo Subianto melihat kondisi geopolitik, geostrategis dan geoekonomi kondisi internasional saat ini, seperti fenomena yang dikenal dengan istilah gastrokolonialisme,” tutur Kepala Lab. KPAK PETANI Unit Tulungagung Drajat Nugroho yang juga biasa disapa mbah Geger.
Mbah Geger juga menambahkan bahwa sebagai Kemenko Bidang Pangan harusnya membuat sistem terpadu seperti bagaimana menghubungkan pembangunan waduk dan irigasi baru, energi surya pertanian, dan produksi pupuk lokal. Dengan fokus utamanya adalah membangun kapasitas dari bawah, yakni melalui desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sebagai pusat produksi pangan rakyat.
“Selain itu, utama pengendalian harga dengan kalender tanam terpadu, laporan tiap wilayah kapasitas tanam dan potensi panen. Varietas singkong yang dibudidaya, meningkatkan kapasitas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sebagai UMKM MIKRO untuk pengolahan pasca panen. Tahun lalu harga singkong tembus Rp. 5.000, akhire akeh seng nandur (red: akhirnya banyak Petani yang menanam). Over kapasitas harga turun. Iku (red: itu) hukum pasar, solusine (red: solusinya) pengolahan pasca panen. Seperti perjuangan PETANI melawan hegemoni gastrokolonialisme sebagaimana tertuang dalam 8 misi PETANI seperti diantaranya Gerakan Nasional Konsumsi Pangan Sehat, Kampanye Nasional Gerakan Susu untuk Anak Indonesia Sehat dan Cerdas juga Kampanye Ikan Sebagai Sumber Protein dan Gizi Rakyat serta Gerakan Industrialisasi Pangan Nasional Berbasis Kerakyatan yang selalu disampaikan oleh Ketua Umum PETANI Satrio Damardjati adalah sebuah misi untuk memperbesar peran petani dalam perekonomian negara dan juga industrialisasi oleh petani dalam usaha bersama ditujukan untuk menjamin ketersediaan input produksi serta menjamin konsistensi dalam sistem produksi secara berkelanjutan pada pangan lokal. Dadi intine yen mung dikongkon ganti tanduran kenopo ora ganti menteri sisan, akeh tunggale,” tutup mbah Geger yang juga tokoh pertanian berbasis ekologi dan lumbung benih lokal ini.
- Liputan / Laporan : Departemen Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.
- Redaksi : Departemen Propaganda – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.
- Editor : Bidang Propaganda dan Jaringan – Dewan Pimpinan Nasional PETANI.






